Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

‘Indonesia Butuh Energi yang Kuat’

Recommended Posts

JAKARTA: Indonesia membutuhkan setidaknya 2-3 kilang baru guna mengurangi ketergantungan dari pihak luar dan memperkuat ketahanan energi nasional. Dalam waktu dekat, BUMN itu akan segera membangun kilang Tuban dan Balongan II berkapasitas 300.000 barel per hari.

 

Untuk kedua proyek itu, BUMN itu bekerja sama dengan NOC (National Oil Company) masing-masing Saudi Aramco dan Kuwait Petroleum Corporation (KPC).

 

Khusus KPC, masih ada kendala berupa permintaan insentif dari perusahaan asal Negara Teluk itu. Bagaimana strategi dan upaya PT Pertamina (Persero) untuk mewujudkan hal tersebut, berikut wawancara dengan Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero) Chrisna Damayanto di Balikpapan, akhir pekan lalu.

 

Berikut petikannya:

 

Bagaimana progres rencana kerja sama Pertamina dengan Kuwait Petroleum Corporation terkait pembangunan kilang Balongan II?

 

Sekarang proses pengerjaan detailed feasibility studies dan diharapkan selesai Desember tahun ini untuk FS detail. Hasil FS itu ditargetnya pada Januari bisa diajukan ke pemerintah. Sementara ini untuk FS detail Pertamina yang mendanai.

 

Apa saja permintaan dari pihak Kuwait?

 

Pertama, tanah harus kita siapkan dan tidak masuk ke dalam aset, kedua, pembebasan pajak dan lain-lain. Pada dasarnya kita berpihak ke pemerintah, kalau pemerintah sudah katakan ‘no’, ya kita tidak akan jalan. Karena pemerintah lebih luas cakupannya.

 

Itu kewenangan pemerintah, andaikata terlalu banyak insentif yang diminta [Kuwait] dan pemerintah keberatan, kita cari partner lain.

 

Akibat adanya rencana proyek itu, harga lahan di kedua tempat [Tuban dan Balongan] melambung luar biasa. Dalam rangka itu, kami akhirnya berencana akan memanfaatkan lahan milik Pertamina.

 

Tanah milik kita [Pertamina] ini luas. Di Bontang misalnya, kami ada lahan sekitar 1.800 hektare. Begitu juga di Plaju ada sekitar 800 hektare. Kenapa tidak itu saja.

 

Apakah menurut Anda, permintaan Kuwait itu terlalu berlebihan atau masih dalam level wajar?

 

Kalau di Vietnam, permintaan itu pasti dipenuhi, tetapi di negara lain tidak. Di Indonesia ini belum pernah terjadi.

 

Apakah pembangunan kilang saat ini suatu yang mendesak (urgen)?

 

Kami membutuhkan sebanyak 3-4 kilang lagi. Sekarang ini kita mengimpor premium RON 88 sekitar 400.000 barel per hari. Jadi itu bukan suatu pilihan tetapi itu suatu keharus­an.

 

Karena apa? Kita tergantung dengan pihak luar, bayangkan kalau terjadi apa-apa, misalnya perubahan politik antara kita dengan Singapura atau terjadi apa-apa di Laut China Selatan.

 

Jadi kita harus punya kilang (baru). Lebih baik kita menyimpan crude daripada kita menyimpan produk.

 

Pendanaan untuk kilang sen­diri bagaimana?

 

Banyak orang yang mau, perusahaan besar banyak. Tapi diperlukan adanya jaminan politik, off taker, dan jaminan keamanan di kilang itu sendiri.

 

Seberapa besar pendanaan untuk membangun kilang, apakah US$10 miliar per kilang? Dan dari mana sumber pendanaan?

 

Untuk membangun kilang rasa­nya sudah tidak waktunya lagi kita membangun sendiri. Jadi membangun kilang itu harus bermitra, strategic partner.

 

Kita panggil orang yang punya teknologi, sumber crude. Seperti perusahaan-perusahaan di Amerika yakni 7 sisters kalau mau bergabung.

 

Bagaimana strategi besar Anda sebagai direktur pengolahan terkait pembangunan kilang di Tanah Air?

 

Kalau saya berpikir, kita harus membangun 2-3 kilang lagi, sehingga ketergantungan ini harus kita lepaskan dari pihak luar. Membangun kilang tidak harus sendiri, strategic partner dengan luar.

 

Kita harus untung artinya margin positif dan investasi kembali. Kilang bisa untung besar kalau di hilir ada petrokimia.

 

Bahkan saya bermimpi, strategi ke Pertamina ke depannya itu bagaimana Pertamina Refinery Unit akan keluar [dipisahkan] menjadi korporasi baru.

 

Namanya Pertamina Refinery Corp yang nantinya membawahi beberapa refinery unit. Ini sudah saya sampaikan ke board of director dan komisaris.

 

Kalau sekarang [pemisahan] ini belum bisa dilakukan, salah satu­­nya karena Kilang Balikpapan ini ka­­dang-kadang untung, kadang-ka­­dang rugi.

 

Ini karena Kilang Ba­­lik­papan jenis crude-nya sweet crude dan kita harus berani mengubah menjadi sour crude. Jadi kami berencana membenahi seemuanya.

 

Kilang Balikpapan harus di-re­­vamp dan bisa mengolah sour crude. Untuk itu, kilang-kilang kita per­baiki, Kalau kita mau bertan­ding dengan orang, kita harus sehat dulu.

 

Seperti di Balikpapan kita per­baiki, dan Cilacap sudah separuh, Balongan sudah. Baru kita buat anak usaha Pertamina Hold­ing, namanya Pertamina Refinary Corp.

 

Rencana itu masih tataran ide. Namun diharapkan bisa direalisasi pada 2020, karena pada 2018 pembangunan kilang kita diharapkan selesai. (ra)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...