Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Jatim siapkan Rp10 triliun hadapi inflasi

Recommended Posts

 

 

SURABAYA: Tim Pengendali Inflasi Daerah bersama Bank Indonesia menyiapkan dana sebesar Rp10 triliun untuk menekan tingginya angka indeks harga kumulatif di Jawa Timur menjelang Lebaran dan membentuk fasilitas buffer stock serta depo logistik.

 

 

Peneliti Ekonomi Madya Senior Kantor Bank Indonesia Surabaya yang juga anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Soekowardojo mengatakan besaran dana Rp10 triliun dialokasikan untuk menekan angka inflasi/indeks harga konsumen yang diprediksi menyentuh 1%. Pada musim Lebaran 2010, inflasi tercatat mencapai 1,25%.

 

“Dana sebesar itu salah satunya dialokasikan untuk menggelar operasi pasar murah, bazaar Ramadan sebagai kegiatan pendamping dari operasi pasar,” katanya saat rapat koordinasi pengendalian inflasi Lebaran, kemarin.

 

Tim, lanjut dia, merekomendasikan pasar murah dilaksanakan dengan memperdagangkan beragam kebutuhan pokok bagi warga berpenghasilan rendah. Selanjutnya, pasar murah akan digelar selama 20 hari pada 5 Agustus hingga 25 Agustus menjelang Lebran akhir Agustus dengan kerjasama produsen bahan makan dan pemerintah.

 

Selain itu, besaran dana akan diperoleh dengan bekerjasama dengan perusahaan penghasil bahan makanan sebagai bagian dari kegiatan Corporate Social Responsibility. Pendirian fasilitas  stok penyangga /buffer stock dan sejumlah depo logistik pada jenis makanan yang memiliki daya simpan cukup lama, lebih dari 2 minggu. “Pendirian kan difokuskan pada wilayah kepulauan seperti di Sumenep Madura.”

 

Anggaran itu, lanjut dia, juga untuk melaksnakan rekomendasi TPID kepada Perum Bulog untuk menggelontor jatah raskin 2 bulan sekali pada Agustus. Permintaan itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan warga miskin di Jawa Timur selama Ramadan hingga Lebaran.

 

“Sebanyak 96.000 ton jatah beras miskin akan digelontor dalam sebulan. Padahal dalam sebulan jatahnya hanya 46.000 ton.”

 

Selain itu, kata Sekretari Tim Pengendali Inflasi Daerah Jawa Timur, M. Ardi Prasetiawan menambahkan, tim juga akan membentuk rantai koordinasi dengan sejumlah satuan kerja pelaksana daerah. Rantai koordinasi itu difokuskan untuk meredam harga bahan makanan di tingat pasar dengan memantau kenaikan harga.

 

Secara implementasi, tim itu akan memantau harga pasar di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Tujuannya agar harga beras kualitas murah yang saat ini berkisar diharga Rp7.500/Kilogram bisa turun.

 

 

 

“Dengan begitu, tingkat kebutuhan masyarakat pada beras, akan terpenuhi sepanjang Ramadan hingga Lebaran.”

 

Tingginya permintaan atau konsumsi masyarakat atas telur untuk kebutuhan bahan baku, terutama pada kue. Keterbatasan produksi akibat penurunan produktivitas seperti beras dan bawang merah. Lalu tingginya permintaan dari luar wilayah Jatim misalnya telur dan ayam.

 

Diprediksi, penyebab inflasi lainnya adalah penurunan pasokan gas sebesar 10%  akibat penurunan kapasitas produksi PT Santos sejak bulan April 2011 akibat pengehtian produksi sementara. Shutdown produksi lapangan Maleo milik Santos ini berpotensi mengganggu kinerja produksi sektor industri makanan minuman olahan.

 

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPPMI) Jawa Timur Yapto Willy Sinatra mengatakan industri konsumen gas di Jawa Timur dipastikan kekurangan pasokan menyusul penghentian aliran gas sebesar 110 Million Metric standard cubic feet per day (MMscfd) akibat retakan yang terjadi pada satu jack up platform Santos di Maleo, Madura.

 

“Berdasar pantauan produksi makanan dan minuman akan turun hingga 10%,” katanya, beberapa waktu lalu.

 

Berdasar data Badan Pusat Statistik, jumlah industri besar dan sedang yang dominan di Jawa Timur adalah Industri Makanan dan Minuman sebanyak 28,07% pada triwulan I/2011. Per Mei 2011 GAPPMI Jatim beranggotakan lebih dari 1.300 pengusaha makanan dan minuman dengan dominasi anggota terbesar adalah industri menengah dan kecil.

 

“Gangguan produksi dan pasokan ini diharapkan tidak menggangu kebutuhan menjelang hari raya.”

 

Pada pantauan kantor Bank Indonesia Surabaya pada sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur terdapat kenaikan harga beras yang cukup signifikan, terutama di pasar tradisional. Pada beras murah kualitas pertama, harga dari Rp6.893/kilogram naik menjadi Rp7.325/kg.

 

Sedangkan beras murah kualitas kedua dari Rp6.225/kg naik menjadi Rp6.725/kg. Kenaikan harga ini akan terus berlanjut hingga mencapai puncak pada Agustus.

 

Tercatat arus uang keluar/outflow rata-rata bulanan di Jawa Timur mencapai Rp2,4 triliun per bulan, sementara arus uang masuk/inflow terekam rata-rata Rp2,8 triliun per bulan. “Menjelang Lebaran, tingkat kebutuhan uang sebagi nilai tukar diprediksi akan naik seiring dengan kebutuhan masyarakat akan konsumsi bahan makan.” (faa)

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Plugin | Settlement Statement | WordPress Tutorials

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...