Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Postur APBN 2012 dinilai berisiko tinggi

Recommended Posts

JAKARTA: Ekonom menilai postur RAPBN 2012 berisiko tinggi dan belum menunjukkan upaya efisiensi pemerintah, menyusul alokasi anggaran untuk belanja pembangunan yang dirasa kurang.

Drajad Hari Wibowo, Ekonom Suistainable Development Indonesia (SDI), mengatakan di tengah ketidakpastian situasi global, pemerintah memilih opsi menggenjot pajak. Padahal ada opsi lain yang wajib dan layak dilakukan, yaitu disiplin belanja untuk efisiensi APBN.

"RAPBN 2012 berisiko tinggi. Titik risiko utama dalam RAPBN 2012 adalah target penerimaan pajak. Selama ini pajak selalu gagal penuhi target, kecuali tahun 2008. Padahal targetnya jauh lebih rendah. Titik risiko yang lain, adalah pembiayaan defisit ke depan akan semakin mahal karena ketidakpastian global, " ujar dia kepada Bisnis, sore ini.

Di atas kertas, kata Drajad, target penerimaan pajak sebesar Rp1.019 triliun sangat bisa dicapai. Namun, di lapangan dengan berbagai kendala dalam hal kesiapan aparat, kesiapan IT pajak, kesiapan UKM soal pajak dan lain-lain, diyakini banyak sekali kendala yang akan dihadapi.

"Belum lagi kalau ada backlash ketika pelaku usaha kecil dan menengah merasa dikejar-kejar pajak, sementara negara gagal menyediakan jalan, listrik, dan layanan umum lain secara memadai," katanya. Apabila tidak hati-hati dalam mengeksekusi, lanjut Drajad, upaya menggenjot pajak dan sensus pajak nanti bisa menjadi bumerang bagi pemerintah. Masyarakat bisa antipati karena menganggap pemerintah menekan rakyat dengan pajak, tapi gagal menjaga agar uang pajak tersebut tidak dikorupsi di kementerian, lembaga dan DPR.

"Di sisi lain infrastruktur dan layanan publik masih sangat buruk. Karena itu warning saya, DJP agar hati-hati dan bijak dalam melaksanakan ekstensifikasi pajak, terutama terhadap subyek pajak baru yang berasal dari pelaku UMKM dan pembayar pajak penghasilan dari kalangan profesional," tuturnya.

Menyangkut defisit anggara, Drajad Wibowo menambahkan tren pasar global sekarang ini, baik suku bunga, yield, maupun risk premium mengalami kenaikan. Karenanya, pembiayaan defisit melalui obligasi negara bakal semakin mahal.

"Solusinya memang genjot pajak dan atau disiplin dalam belanja negara. Saya lebih memilih disiplin belanja negara. Alasan saya, penyerapan anggaran cenderung rendah dan menumpuk di akhir tahun. Kedua, belanja modal dan barang banyak dikorupsi," katanya.

Sementara itu, Guru Besar Universitas Brawijaya Ahmad Erani Yustika melihat RAPBN 2012 belum menunjukan adanya upaya efisiensi dari pemerintah, sehingga belanja pembangunan masih sangat terbatas. Lalu, kenaikan tax ratio masih sangat lambat, mengingat pada tahun depan seharusnya bisa mencapai 13% PDB sehingga defisit juga bisa ditekan menjadi 1%.

"Alokasi belanja pembangunan tidak memprioritaskan pertanian dan industri sehingga kualitas pertumbuhan tetap [akan] buruk," katanya.

Erani menilai target pertumbuhan ekonomi 6,7% pada 2012 sangat konservatif. Seharusnya target minimal yang dipatok pemerintah untuk 2012 adalah 7% mengingat belanja infrastruktur sudah besar dalma tiga tahun terakhir.

"Subsidi malah berkurang ketimbang 2011, padahal subsidi pangan, pupuk, dan lain-lain seharusnya naik. Celakanya lagi, 60% subsidi habis untuk minyak. Kesimpulannya fiskal tidak banyak memperbaiki mutu growth ekonomi," tandasnya.(mmh)

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Plugin | Settlement Statement | WordPress Tutorials

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...