Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

mother

Berani, Serahkan Tanggung Jawab pada Si Kakak Saat Bepergian? -=Female=-

Recommended Posts

SINGAPURA, KOMPAS.com - Traveling ke luar negeri untuk anak-anak dapat menjadi cara melatih kemandirian dan tanggungjawab. Sekaligus memberikan pengalaman bagi anak, juga menambah wawasannya karena bertemu banyak orang dari berbagai negara dan melatih kemampuannya berbahasa asing.

 

Anak usia sekolah juga bisa melakukan perjalanan tanpa orangtua yang biasanya selalu menemani setiap waktu. Anda bisa memberikan tanggung jawab pendampingan si adik yang masih belia, kepada si kakak yang sudah remaja.

 

Inilah yang dilakukan orangtua juga anak-anak peserta Superkids Trip to Singapore diadakan oleh Garuda Indonesia. Dua pasang kakak beradik bertaut usia 7-8 tahun, melakukan perjalanan dengan pendampingan pihak dewasa, namun tanpa orangtua.

 

Mereka adalah Prana Arivianza (8) bersama Anqi Zaliani; Ghinina Ramia Putri Rumahorbo (7) yang melakukan perjalanan bersama sang kakak Grace Ajeng Nuria Rumahorbo (14).

 

"Biasanya saya ke luar kota atau ke luar negeri bareng keluarga. Baru sekarang ini saya ikut tur bareng adik ke luar negeri. Asik, jalan bareng adik, ada beban tapi senang. Saya jadi belajar untuk  jangan hanya peduli sama diri sendiri," jelas Anqi kepada Kompas Female saat mengikuti tur ke Jurong Bird Park, di hari pertama Superkids Trip to Singapore 15-17 Juni 2012.

 

Menurut Anqi, melakukan perjalanan bersama adik ke luar negeri, tanpa ditemani orangtua mulai proses check-in di bandara hingga mengikuti tur melalui program ini memberikan pengalaman tersendiri.

 

Ia percaya diri mengemban tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya, karena sejumlah hal. Negara tujuan jalan-jalan bareng adik, yakni Singapura, tak asing lagi bagi Anqi. Ia pernah mengunjungi negara ini bersama keluarganya.

 

"Negara yang dituju cukup dekat dan saya sedikit banyak sudah mengenali daerahnya. Jadi saya berani jalan-jalan bareng adik," katanya.

 

Hubungan kakak-beradik yang akrab, juga memudahkan Anqi dan Prana melakukan perjalanan bersama. "Yang penting adik selalu diajak ngobrol, jadi dia nggak bosan," sarannya.

 

Anqi dan Prana tampak kompak mengikuti tur bersama kakak beradik lainnya. Sesekali Anqi membiarkan Prana melakukan beberapa hal sendirian, namun ia mengawasi dari jauh. Dua bersaudara ini pun sering terlihat bersama-sama, dekat namun tak terlalu protektif. Anqi memang berpengalaman menjalankan tanggung jawab semacam ini.

 

Ia pernah mengemban tanggung jawab menjadi pemimpin tim delegasi Indonesia untuk program pertukaran budaya ke Jepang, mewakili Sekolah Menengah Pertama Anqi. Ia memimpin puluhan anak untuk melakukan perjalanan ke Jepang.

 

Si kakak yang memiliki pengalaman memang membuat orangtua lebih percaya diri. Namun, faktor kedekatan dan kekompakan kakak-adik juga bisa menjadi pertimbangan orangtua "melepas" anak-anak melakukan perjalanan tanpa pendampingan langsung.

 

Grace dan Ghia membuktikannya. "Kalau jalan ke mal berdua Ghia sering. Tapi kalau jalan-jalan ikut tur ke luar negeri hanya berdua adik, baru sekarang ini," jelasnya.

 

Grace penuh perhatian kepada Ghia yang juga tak kalah mandiri dari Prana. Keduanya memang terbiasa mengurus berbagai keperluannya sendiri, dan berasal dari keluarga yang hobi traveling.

 

Dua kakak beradik perempuan ini asik mengikuti tur dengan pendampingan orang dewasa tanpa ditemani orangtua. Tur ke Jurong Bird Park menjadi sarana pelatihan kemandirian, sekaligus pembuktian kekompakan keduanya.

 

Benar saja, Grace dan Ghia mampu menjaga kepercayaan dari kedua orangtuanya. Sejak meninggalkan Jakarta, tiba di Changi  Singapura, dan menuju tujuan wisata keluarga di negeri Singa, keduanya saling bertukar cerita.

 

Grace menjalankan perannya sebagai kakak yang perhatian pada hal kecil, menjaga adiknya agar tetap berhati-hati, namun tak terlalu protektif. Sama seperti Anqi, ia pun memberikan kebebasan kepada Prana untuk memberanikan diri melakukan berbagai hal yang disukainya, namun dengan pengawasan.

 

Kepercayaan dari orangtua memungkinkan kakak beradik ini melakukan perjalanan bersama. Namun memang kepercayaan ini tak terbentuk dengan sendirinya, tapi ditanamkan sejak lama. Kebiasaan melakukan berbagai hal secara mandiri, telah dilakukan anak-anak ini sejak belia. Mulai dari menyiapkan keperluan sekolah secara mandiri, juga berbagai aktivitas lainnya.

 

Grace dan Ghia, juga Anqi dan Prana berasal dari keluarga dengan orangtua bekerja. Meski sibuk bekerja, sang orangtua mendidik anak-anaknya untuk mandiri sejak dini. Ini menjadi bekal yang kemudian memudahkan orangtua mengambil keputusan untuk melibatkan anak dalam program perjalanan liburan mandiri.

 

Perjalanan seperti ini akan lebih sulit dilakukan kakak-beradik, jika keduanya tak terbiasa mandiri sejak belia. Juga tak pernah dilibatkan orangtua dalam setiap kegiatan yang melatih keberaniannya mengemban tanggung jawab tertentu.

 

Grace dan Anqi membuktikan, bagaimana anak-anak yang terbiasa mandiri dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab besar, salah satunya mendampingi adik melakukan perjalanan di negeri orang.

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

51207902.jpg

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...