index Pemilik Lapak 501 Posted Agustus 2, 2011 Mengembangkan bisnis budidaya jamur konsumsi memang tak pernah ada matinya. Saat ini tidak banyak sekali jenis jamur saja yang bisa Anda manfaatkan sebagai sumber makanan maupun obat. Berbagai jenis jamur konsumsi yang mulai dikembangkan masyarakat Indonesia sebagai peluang usaha. Seperti misalnya jamur tiram, jamur kuping, jamur merang, jamur lingzhi, jamur champignon, jamur hiratake, serta jamur shiitake. Bila pekan lalu kita telah membahas tentang budidaya jamur kuping, tiram, merang dan lingzhi. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas informasi peluang bisnis tentang budidaya jamur shiitake. Jamur shiitake (lentinula edodes) adalah salah satu jenis jamur kayu yang berasal dari negeri Cina. Di negara asalnya tersebut jamur shiitake dikenal dengan sebutan “Chinese Black Mushroom”. Meskipun begitu, jamur ini lebih terkenal di kalangan masyarakat luas sebagai jamur khas Jepang dengan sebutan “Shiitake”. Nama shiitake sendiri memiliki arti jamur dari pohon shii, karena pada awalnya jenis jamur ini banyak ditemukan di batang pohon shii yang telah lapuk. Di kawasan Asia Timur, jamur shiitake banyak dibudidayakan di daerah Tiongkok, Korea dan Jepang. Sedangkan di daerah Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu negara yang berhasil membudidayakan jamur shiitake sebagai peluang usaha. Konsumen Jamur shiitake dimanfaatkan para konsumen sebagai sumber pangan dan bahan obat. Jamur ini mengandung asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, meliputi thiamin, riboflavin, niacin, serta beberapa jenis serat dan enzim lainnya. Tidaklah heran bila jamur shiitake segar ataupun kering sering diolah masyarakat menjadi aneka hidangan kuliner lezat dan juga sehat. Seperti di Negara Jepang jamur ini biasa diolah menjadi sup miso, digoreng sebagai tempura, campuran chawanmushi, udon, dijadikan sebagai keripik jamur dan berbagai jenis olahan jamur shiitake lainnya. Sedangkan di Negara Rusia, jamur shiitake biasanya dijadikan sebagai acar dan dijual dalam kemasan botol. Info Bisnis Pada dasarnya jamur shiitake termasuk jenis jamur yang mudah dibudidayakan. Biasanya jamur ini hidup di batang kayu yang sudah lapuk, dan bisa dipanen setelah 6-12 bulan. Namun dengan seiring perkembangan teknologi budidaya jamur, kini jamur shiitake bisa dikembangkan menggunakan media buatan dengan masa panen yang lebih singkat yaitu kurang lebih 3 bulan. Bagi Anda yang tertarik menekuni peluang bisnis budidaya jamur shiitake, berikut ini kami informasikan beberapa persiapan yang perlu Anda perhatikan dalam membudidayakan jamur shiitake. Kebutuhan pertama yang perlu Anda siapkan adalah bibit jamur shiitake yang berkualitas. Apabila Anda tidak melakukan pembibitan dari awal, usahakan belilah bibit jamur pada instansi pemerintah atau perusahaan jamur yang terpercaya. Apabila bibit jamur shiitake telah siap, selanjutnya Anda bisa menyiapkan media tanam yang akan digunakan. Dalam hal ini jamur shiitake membutuhkan serbuk gergaji kayu (80-90%), bekatul (5-15%), kapur (1%), air secukupnya (hingga kandungan air 65%), dan tambahan biji-bijian berupa sukrosa, mikroelemen, dan vitamin dengan persentase sekitar 1-2%. Tahapan yang ketiga yaitu proses fermentasi media dengan melakukan pengomposan atau pelapukan. Fermentasi media dilakukan selama 4-6 hari, dan dilakukan pembalikan setiap harinya hingga media berubah warna menjadi cokelat sampai kehitaman. Proses ini dilakukan untuk mematikan jamur liar dan mempercepat pertumbuhan jamur. Media yang sudah difermentasikan kemudian dimasukan ke dalam kantong baglog dan disterilisasikan dalam wadah pengukus untuk menghindari kontaminasi pada media tanam. Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan panas uap air dengan suhu 95°-110°C selama 8-10 jam. Bila suhu pengukusan mencapai 100°C, suhu dipertahankan selama 5 jam agar proses sterilisasi bisa sempurna. Setelah baglog disterilkan, diamkan selama 24 jam agar suhu baglog kembali normal. Kemudian Anda bisa melakukan proses inokulasi atau penanaman pada ruangan steril dengan cara menyemprotkan botol bibit F3 dengan alkohol, dan memanaskan kapas penutup botol pada api spritus hingga sebagian kapas terbakar. Lepaskan kapas penyumbat botol bibit F3, lalu aduk-aduk menggunakan kawat yang telah disterilkan dan penanaman bibit dilakukan di leher baglog hingga terisi penuh. Terakhir tutup kembali baglog tersebut dengan kapas. Tahapan berikutnya adalah proses inkubasi, dimana proses ini dilakukan agar bibit yang telah ditanam segera ditumbuhi miselium. Inkubasi dilakukan pada suhu ruangan 24°-28°C, kelembapan sekitar 95-100%, dan kapasitas cahaya sebesar 20-100 lux. Proses ini memakan waktu 30-50 hari hingga miselium tumbuh hingga setengah permukaan baglog. Bila miselium mulai tumbuh memenuhi permukaan baglog, maka baglog jamur siap untuk dibudidayakan di ruang kumbung jamur. Lubangi baglog dengan menggunakan silet yang telah disterilkan, dan pastikan suhu ruangan kumbung sekitar 16°-18°C, tingkat kelembapan sekitar 60%-80% dan kapasitas cahaya sekitar 500-2.000 lux. Selama proses budidaya berlangsung, lakukan penyiraman rutin menggunakan sprayer. Sebab rangsangan berupa suhu yang dingin dan air yang berlimpah akan mempercepat pertumbuhan tubuh buah jamur shiitake. Kelebihan Bisnis Jika dibandingkan dengan harga jamur konsumsi lainnya, jenis jamur shiitake memiliki nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi. Bahkan saat ini harga jamur shiitake segar di pasaran bisa mencapai Rp 30.000,00-Rp 70.000,00 per kilogramnya, dan untuk jamur shiitake kering bisa dijual dengan harga diatas Rp 100.000,00/kg. Sehingga tidak heran bila keuntungan yang didapatkan para pelaku usaha budidaya jamur shiitake bisa lebih besar daripada petani jamur lainnya. Disamping harga jualnya masih cukup tinggi, besarnya permintaan jamur shiitake setiap harinya juga menunjukan peningkatan yang sangat positif. Padahal jumlah petani jamur shiitake belumlah sebanyak petani jamur tiram ataupun jamur konsumsi lainnya. Kondisi ini tentu bisa Anda manfaatkan sebagai sebuah peluang untuk meraih untung besar dari bisnis budidaya jamur. Analisa Ekonomi Asumsi - Kumbung jamur berukuran 6 m x 6 m x 3 m, lahan milik pribadi - Membudidayakan 2.500 baglog dengan harga Rp 3.000,00/baglog - Tingkat kehidupan jamur 90% - Kapasitas produksi 0,3-0,5 kg/baglog - Satu periode budidaya jamur selama 5-6 bulan - Harga jamur shitake segar Rp 30.000,00/kg Modal awal Pembuatan kumbung Rp 2.500.000,00 Pembuatan rak budidaya Rp 750.000,00 Tangki dan sprayer Rp 150.000,00 Blower Rp 175.000,00 Termometer dan hygrometer Rp 100.000,00 + Total Rp 3.675.000,00 Peralatan dan perlengkapan mengalami penyusutan, dengan rincian sebagai berikut : Kubung jamur (1/48 bulan x Rp 2.500.000,00) Rp 52.100,00/bulan Rak budidaya (1/48 bulan x Rp 750.000,00) Rp 15.650,00/bulan Tangki dan sprayer (1/36 bulan x Rp 150.000,00) Rp 4.200,00/bulan Blower (1/36 bulan x Rp 175.000,00) Rp 4.900,00/bulan Termometer dan Higrometer (1/36 bl x Rp 100.000,00) Rp 2.800,00/bulan+ Total penyusutan per bulan Rp 79.650,00/bulan Biaya operasional satu periode Baglog jamur @ Rp 3.000,00 x 2.500 baglog Rp 7.500.000,00 Biaya pemeliharaan dan panen Rp 2.000.000,00 Biaya penyusutan alat per bulan Rp 79.650,00 + Total Rp 9.579.650,00 Omset satu periode Produksi jamur : 2.500 baglog x 90% x 0,3 kg x Rp 30.000,00 Rp 20.250.000,00 Laba bersih per bulan Laba bersih selama satu periode : Rp 20.250.000,00 - Rp 9.579.650,00 = Rp 10.670.350,00 Laba bersih per bulan : Rp 10.670.350,00 : 5 bulan = Rp 2.134.100,00 TOI (Turn of Investment) (modal awal : laba bersih per bulan) = ± 2 bulan Ada yang berminat ?? Share this post Link to post Share on other sites