Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

mother

Anak Batita Mengadu, Tanda Butuh Perhatian -=Female=-

Recommended Posts

KOMPAS.com — Anak batita (anak usia di bawah tiga tahun) yang mengadu ke orangtuanya bukan hanya karena ada orang lain mengganggu atau menyakitinya. Si kecil juga mengadu karena hal lain, seperti terjatuh, bendanya hilang, mainannya rusak, bajunya kotor ketumpahan makanan, dan sebagainya. Intinya, pengaduan ini terkait dengan apa yang dirasakan anak dan tidak terkait dengan orang lain. Pengaduan seperti ini biasanya dilandasi keinginan anak untuk mendapat perhatian orangtuanya.

 

Misalnya, ketika kakinya terantuk meja, ia akan mengadu, "Ma, sakit... meja...," sambil menunjukkan kakinya yang terantuk meja. Begitupun ketika mainannya menggelinding ke kolong ranjang, ia akan bilang, "Ma, bola...," sambil menunjuk kolong ranjang. Ketika bajunya kotor ketumpahan makanan, ia akan menghampiri bundanya, "Ma, kotor...," seraya menunjukkan bagian baju yang kotor itu.

 

Pengaduan seperti ini menunjukkan saat itu anak merasa tidak nyaman pada tubuhnya yang sakit, kecewa karena mainannya rusak, sedih karena benda miliknya hilang, dan lainnya.

 

Bila kemudian orangtua memberikan perhatian, maka segala rasa tidak menyenangkan itu diharapkan lenyap. Bila anak memiliki pengalaman, orangtua memberikan perhatian yang baik, maka anak akan mengadu dan mengadu lagi. Ini merupakan hal wajar, bahkan sangat baik karena anak bisa sekaligus melatih kemampuan berkomunikasi dan mengungkapkan pendapatnya.

 

Namun, respons yang orangtua berikan haruslah tepat sehingga anak bisa mengambil makna positif dari perilaku mengadunya. Ketika anak terjatuh dan mengadu, kita bangun moralnya untuk tidak terlalu bersedih atau cengeng, kemudian minta anak berhati-hati. Hal ini memberi pesan, anak harus kuat dan lebih berhati-hati ketika jalan. Hindari menyalahkan lantai tempat anak jatuh, "Uh, lantainya nakal!" karena persepsi anak bisa salah. Ia kelak menganggap penyebabnya adalah lantai.

 

Padahal, kemungkinan penyebabnya adalah si anak tidak berhati-hati. Respons dengan menyalahkan anak pun tidak dibenarkan, "Adek sih enggak hati-hati, jatuh deh!" Ini akan membuat anak semakin tidak nyaman sehingga tangisnya bisa semakin keras. Di sisi lain, anak yang kerap disalahkan pun dikhawatirkan tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri, tak berani mengungkapkan pendapat, penakut, dan sebagainya.

(Tabloid Nakita/Irfan Hasuki)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

51207902.jpg

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...