Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

mother

Kala Anak Bicara Kekerasan -=Female=-

Recommended Posts

KOMPAS.com - Salah satu penyebab mengapa anak tak berkembang dengan berbagai potensi yang mengendap dalam dirinya, adalah karena suara anak diabaikan. Suara anak perlu didengar dan anak juga patut dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Karena anak-anak mampu bersuara lantang mencari perlindungan, termasuk dari kekerasan.

 

Tyara (17), Wulandari (15), Ii Pujianti (17) bersama 15 anak-anak dari Rembang, Grobogan, Kebumen tampil mewakili suara anak-anak yang kerap tak dianggap penting. Melalui Plan Indonesia, organisasi nirlaba yang memfasilitasi mereka mendapatkan orangtua asuh dari 18 negara donor, anak-anak ini menyuarakan hak atas pendidikan, perlindungan dari kekerasan, dan pengakuan dengan kepemilikan akta kelahiran.

 

Anak-anak ini bersuara dengan caranya, termasuk dalam mengartikan kekerasan yang kerap mereka saksikan langsung meski tak terjadi padanya. Tyara, Wulan dan Ii, mewakili suara jutaan anak-anak di rumah maupun di sekolah.

 

Termasuk anak Anda di rumah, yang boleh jadi sedang menunggu Anda untuk mendengarkan mereka dan melibatkan mereka setiap kali orangtuanya merencanakan berbagai hal berkaitan dengannya. Anak-anak di rumah mungkin juga mendamba kasih sayang orangtuanya yang kerap tak sadar telah berucap kasar, melakukan kekerasan fisik dan psikis, yang berdampak pada anak. Begitu pun para murid yang kerap mendapatkan perlakuan tak layak di sekolahnya, dari teman bahkan guru-gurunya.

 

"Kekerasan itu tindakan yang dapat menyakiti diri dan fisik. Guru yang meludahi muridnya, akan membuat murid takut dan malu, juga lebih sensitif. Anak menjadi tidak percaya diri berpendapat karena ia malu," kata Wulan mengungkapkan pendapatnya tentang kekerasan.

 

Ii punya pendapatnya sendiri, "Kekerasan adalah segala tindakan yang membahayakan bagi anak, secara fisik dan psikis, kata-kata yang menyinggung anak." Sedangkan Tyara berkata, "Kekerasan merupakan segala tindakan yang dirasa memalukan. Seperti kepala sekolah yang membuat peraturan untuk menekan murid-muridnya, seperti melarang membawa makanan ringan ke kelas, dan memberikan denda Rp 100.000 jika ada anak yang melanggarnya." Tyara juga mengaku pernah menyaksikan kekerasan, melihat ibu yang memukul anaknya dengan ranting pohon di tempat tinggalnya di Grobogan.

 

Anak-anak kerap menjadi korban kekerasan, dan luput dari perlindungan, apalagi ketika suara mereka tak dianggap penting untuk didengar. Wulan, melalui Petisi Anak Indonesia tentang kekerasan, mengajak teman sebayanya untuk mau bersuara lantang mendapatkan perlindungan. Wulan memulainya dari tempat asalnya di Rembang, melalui kelompok anak binaan Plan Indonesia, untuk mengetuk perhatian para orangtua bahkan pemerintah daerah.

 

"Teman-teman akan bergabung ke KPAD (Komite Perlindungan Anak Desa-RED) untuk mensosialisasikan petisi ini juga Undang-Undang tentang perlindungan anak, agar masyarakat tahu," ungkap Wulan seusai membacakan Petisi Anak Indonesia dalam peringatan HUT Plan International ke-75 di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (24/3/2012) lalu.

 

Nono Sumarsono, Program Head Director Plan Indonesia mengatakan, di daerah, utamanya di desa-desa dampingan Plan, pemerintah setempat sudah melibatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan. Pemerintah selalu bertanya kepada anak-anak setiap kali merencanakan sesuatu, terkait dengan kepentingan umum, termasuk ketika akan membuat lapangan sepakbola misalnya, ungkap Nono.

 

Kala Wulan, Ii dan Tyara bersuara di daerah, anak-anak Anda di rumah juga bisa melakukan hal yang sama, dengan caranya. Dengan bertanya dan mendengarkan anak-anak di rumah, Anda tentu bisa mencari tahu apa kata mereka tentang berbagai hal, menggali berbagai ide dan pendapat yang terpendam dalam dirinya.

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

51207902.jpg

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...