Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Shaolin

Leginayba, Jeli Membaca Pasar

Recommended Posts

KOMPAS.com - Leginayba, merek aksesori yang dibuat oleh Sarah Dewi Beekmans (35), memanfaatkan limbah tulang dan tanduk, dari sapi sampai kerbau, yang berlimpah di negeri ini. Dengan teknik dan desain unik, bahan alami itu diolah menjadi aksesori, seperti anting tribal, tusuk konde, sirkam, dan kalung, yang sukses membidik pasar Amerika Serikat dan Eropa. Selain tulang dan tanduk sapi atau kerbau, potongan kayu sisa industri mebel juga disulapnya menjadi aksesori menarik. 

 

Leginayba pertama kali berproduksi tahun 2009. Awalnya, produk ini justru dikhususkan untuk langsung memasok ke pasar Eropa dan Amerika Serikat. Pasar dalam negeri baru mulai dijajal Sarah sejak September 2011 sambil terus menggenjot ekspor.

 

”Kesuksesan” membidik pasar itu tak lepas dari kejelian Sarah mengamati tren perhiasan ramah lingkungan di Eropa dan AS, termasuk jaringan distribusi di kawasan itu. Pengamatan itu dilakukannya sambil menempuh studi hukum bisnis internasional di University of Massachusetts, AS.

 

Setelah merampungkan studi, ia justru lebih memilih merintis bisnis aksesori ketimbang memanfaatkan gelar pascasarjana sebagai pegawai.

 

”Karena saya punya anak, jadi saya merasa perlu menciptakan pekerjaan yang bisa saya atur sendiri waktunya, juga bisa dikelola dari rumah,” ujar ibu tiga anak dari pernikahannya dengan Chris Beekmans yang berdarah Belanda.

 

Sarah membangun bengkel produksi Leginayba di Bali. Ia memilih wira-wiri Jakarta-Bali dalam mengelola usaha karena di Bali itulah ia menemukan perajin tulang dan tanduk dengan kualifikasi seperti yang ia harapkan. ”Para perajin itu lebih seperti seniman. Mereka bisa kasih masukan desain. Kadang memang ada juga desain pesanan dari buyer, selain yang kami tawarkan sendiri,” ujarnya.

 

Di antara berbagai variasi produk Leginayba, dua di antaranya yang laris manis di pasar ekspor adalah anting-anting tribal (tribal earrings) serta aksesori rambut. ”Tribal earrings itu sudah cukup lama jadi tren di Eropa dan AS. Jadi, makin hits waktu dipakai Lisbeth Salander dalam The Girl with Dragon Tattoo. Sekarang orang-orang di Indonesia mulai cari juga,” ujar Sarah. Lisbeth adalah karakter perempuan genius berpenampilan punk dalam novel dan film box office itu.

 

Leginayba juga memproduksi produk klasik, seperti tusuk konde dan sirkam, yang terbukti masih berada dalam radar tren terkini. ”Di Eropa dan AS, model yang klasik maupun kontemporer sama-sama laku,” katanya, saat menunggu gerainya di Indonesia Fashion Week, beberapa pekan lalu. Di antara koleksi tusuk konde Leginayba, ada yang didesain seperti bentuk naga, oriental, burung, juga sulur dedaunan.

 

Untuk menembus dan menggenjot penjualan ke pasar Eropa dan AS, tiga hal menjadi ”kunci” penting: kualitas bagus dan terjaga, harga kompetitif, serta ketepatan waktu pengiriman.

 

Agar harga jual ekspor produknya kompetitif, Leginayba memangkas mata rantai produksi dan distribusi yang menaikkan biaya. Bahan baku tulang dan tanduk, misalnya, dicari sendiri dari tempat-tempat pemotongan sapi di Jawa dan pemotongan kerbau di Lombok dan Nusa Tenggara Timur. Sarah membeli dalam jumlah besar sehingga selain murah, ia juga bisa memasok bahan baku untuk industri kerajinan tulang dan tanduk lainnya di Bali.

 

”Setidaknya, selama 2,5 tahun ini, produksi untuk ekspor bisa kontinu, enggak pernah jeda karena permintaan juga berlanjut,” ujar Sarah.

 

Di pasar dalam negeri, Leginayba pun kini sudah menempati gerai di pusat perbelanjaan Sarinah dan Alun-alun Grand Indonesia, Jakarta, serta Sogo Nusa Dua di Bali. (DAY)

 

Sumber: Kompas Cetak

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...