Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Pertamina: Pengembangan Geotermal Lebih Baik Ketimbang CPO

Recommended Posts

ENERGI

Minggu, 25 Agustus 2013 12:26 wib

Dani Jumadil Akhir - Okezone

ajCcBq5qso.jpgIlustrasi. (Foto: Okezone)

JAKARTA - Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk mengurangi dampak pelemahan Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Di antaranya, menekan impor solar melalui substitusi dengan pencampuran unsur nabati (fatty acid methyl ester/FAME) biodiesel sebesar 10 persen.

Nantinya, Pemerintah akan membuat Peraturan Menteri (Permen) kepada BUMN seperti PT Pertamina (Persero) memakai FAME 10 persen. Selain Pertamina, pemerintah juga akan mewajibkan PT PLN (Persero) dan industri memakai FAME dalam persentase tertentu. PT Pertamina (Persero) menyatakan meski saat ini aturan substitusi hanya 2,5 persen, namun sejak 15 Februari 2012 sudah memakai FAME sebesar 7,5 persen.

"Kami sudah mulai, tapi BBN ini masalahnya masih compete dengan makanan. Kan bahan bakunya dari yang Crude Palm Oil (CPO)," ungkap VP Coorporate Communication Pertamina Ali Mudhakir kepada Okezone di Jakarta, Minggu (25/8/2013).

Menurut Ali, pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) juga harus diikuti dengan pengembangan panas bumi (geotermal), pasalnya saat ini produsen lebih menjadikan CPO sebagai minyak goreng karena harga jual lebih tinggi.

"Itu kan orang lebih mahal di jual dalam bentuk CPO untuk diolah menjadi minyak goreng. Makanya geotermal itu kudu (harus) dikembangkan. Karena itu enggak bisa diekspor juga, dan semua negara sudah manfaatkan," jelas Ali.

Lanjut Ali mengungkapkan, dengan potensi panas bumi yang besar harus dioptimalkan sebaik mungkin. Menurutnya, potensi tersebut memang harus diterapkan secara komprehensif, dan dipadukan dengan PLN sebagai off taker listrik.

"Dengan geotermal harganya yang 7-10 sen per kwh, dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa di atas 20 sen. secara bisnis kan lebih untungkan ini, kenapa ini enggak didorong," tandasnya.

Sesuai Peraturan Menteri ESDM No 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati Sebagai Bahan Bakar Lain disebutkan, mandatori atau kewajiban badan usaha melakukan pencampuran bahan nabati ke dalam BBM transportasi hanya 2,5 persen mulai Januari 2010 dan sejak Januari 2015 naik menjadi 5 persen.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi FAME atau biodiesel berkadar nabati 100 persen pada 2013 ditargetkan naik 46 persen menjadi 2,65 juta kiloliter (kl) dari 1,81 juta kl pada 2012.

    

Produksi FAME 2013 itu akan ditujukan ke pasar domestik 1,1 juta kiloliter dan ekspor 1,55 juta kiloliter. Sementara pada 2012, produksi FAME untuk domestik 669 ribu kl dan ekspor sebesar 1,14 juta kl. ()

Berita Selengkapnya Klik di Sini [h=4]Berita Terkait: Energi Geothermal[/h]

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...