Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Bisnis -> Bulog Tak Ubahnya Importir Beras

Recommended Posts

JAKARTA – Dilakukannya impor 300 ribu ton beras dari Thailand pada Oktober 2011 mendatang menimbulkan kontroversi. Pasalnya pada akhir Juli 2011, sebesar 500 ribu ton juga telah didatangkan dari Vietnam.

 

Demikian diungkapkan DPR RI Komisi IV F-PKS Rofi Munawar. Menurut Rofi, Badan Urusan Logistik (Bulog) tolak ukur perhitungan yang digunakan untuk mengimpor seringkali tidak sesuai dengan BPS atau Kementerian Pertanian.

 

“Jika hanya mampu mengimpor beras, apa bedanya Bulog dengan importir atau pedagang biasa. Rasanya hampir sepanjang tahun Bulog melakukan impor beras, bahkan dimasa panen raya. Fungsi stabilisator dipahami Bulog sebagai fungsi impor,” kata Rofi ungkap Rofi lewat siaran persnya di Jakarta, akhir pekan kemarin.

 

Menurutnya, kebijakan impor menjadi tidak konsisten dengan Instruksi Presiden mengenai surplus 10 juta ton beras hingga tahun 2015. Kebijakan ini seharusnya dapat dijalankan dengan baik, dengan cadangan beras yang mengandalkan kemampuan domestik.

 

Rofi mengungkapkan, impor beras dari Vietnam sebesar 500 ribu ton saat itu dinilai wajar, karena dilakukan menjelang bulan puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, dimana secara psikologis permintaan domestik meningkat karena kebutuhan masyarakat meningkat.

 

"Kini melakukan impor dari Thailand dengan alasan yang tidak dapat dipahami, jika hanya sekadar menjaga cadangan beras nasional. Bulog sudah seringkali diingatkan agar dapat menyerap beras petani sebanyak-banyaknya,” tuturnya.

 

Selain itu, hal yang harus diperhatikan adalah kebijakan pemerintah Thailand saat ini. Negara pengekspor beras terbesar di dunia itu membentuk komite pelaksana program pemerintah untuk membeli hasil panen petani di atas rata-rata harga pasar.

 

Berdasarkan data Thai Rice Mills Association, pemerintah Thailand berencana membayar 15.000 baht per ton untuk beras wangi atau 40 persen di atas harga pasar. Pembelian ini diproyeksi mendorong reli kenaikan harga internasional, dimana konsumsi beras dunia 87 persen berada di kawasan Asia.

 

“Seharusnya Bulog dapat belajar banyak dari kebijakan tersebut, tapi yang terjadi justru sangat jauh dari harapan. Bulog sangat lambat menyerap beras petani, namun sangat gesit dalam impor beras,” tukas dia. (mrt)

(rhs)

 

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Plugin | Settlement Statement | WordPress Tutorials

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...